Minggu, 03 Oktober 2010

Daddy Dee - Apa Yang Seharusnya dan Yang Tidak Seharusnya Terjadi - 2


ENJOY 


 
Chapter 2

                Dean sedang berada di dalam mimpi yang indah, dengan dikelilingi wanita-wanita cantik, saat dia mendengar seseorang memanggil namanya berkali-kali.
     “Dean…”
Dean tidak ingin bangun, tapi orang itu terus memanggilnya.
    “Dean!”
    “APA!?” Dean memaksa untuk membuka mata kantuknya, dan menemukan Sam berdiri di samping tempat tidurnya dengan berbalut kaus tidur dan celana pendek, menggendong seorang balita.
Dean mencoba untuk sadar penuh, “Apa?”
    “Emily mimpi buruk,” Sam memberitahukan.
    “Siapa?” Dean belum sepenuhnya sadar.
Sam menunjuk balita yang sedang menangis di gendongannya.
Dean terpaku dan mencoba untuk memfokuskan matanya. Umur gadis cilik itu tidak lebih dari 3 tahun, dan dia menangis terisak!
     “Daddy…,” dengan terisak dan mengulurkan tangannya pada Dean
Dean terkaget, tapi diulurkannya tangannya menerima balita itu. Balita itu mendekap erat leher Dean. Dean melotot keheranan pada Sam, dan berharap adiknya ini bisa menjelaskan sesuatu.
     “Dia tiba-tiba bangun dengan menangis kencang, aneh kamu nggak denger, Dean, kayaknya dia mimpi buruk. Aku sudah coba buat nenangin dia, tapi nggak sukses, jadi aku bawa ke sini.”
     “Kok ke sini?”
     “Karena dia pengen bapaknya, Dean.
Dean semakin kaget, “Hah? Siapa bap _? belum juga Dean selesai dengan pertanyaan, Sam sudah keluar dari kamarnya.
    Dia anakmu, Dean.”
Dean terpaku, tapi tersadar balita dengan isakan balita yang ada dipelukannya dia..
      “Oh, nggak pa-apa, sayang, jangan takut, sini...,Dean mengusap lembut gadis cilik itu mencoba  menenangkannya. Sebentar, siapa namnya, Emily, kan?’
Tidak tahu harus berbuat apa, Dean mengangkat balita itu dan menggendongnya mencoba untuk menina-bobokan di dadanya dengan menyanyika Hush Little Baby. Lagu yang dulu ia dengar saat ibunya menyanyikan untuknya saat Dean masih kecil, dan biasanya langsung bisa membuatnya tidur lagi dalam 5 menit. Entah bagaimana ia masih bisa mengingatnya.

Dengan sekejap, Dean sudah bisa merasakan balita kecil itu kembali tertidur di dadanya. Kepalanya menempel di pundaknya. Setelah diyakini Emily tertidur pulas, dibaringkannya ia tempat tidur. Dean tahu, balita ini akan tidur bersamanya malam ini, meskipun ia belum yakin benar siapa anak kecil ini. Tapi kata Sam tadi, anak ini anaknya? Tapi yang benar saja!

Setelah yakin balita ini benar-benar tertidur pulas, Dean langsung keluar kamar mencari Sam.

Dan ia harus kembali kaget dengan mendapati dirinya berada di sebuah ruangan yang sama sekali tidak ia kenal. Ruangan yang ia yakini sebagai ruang tengah atau ruang keluarga. Ruang keluarga dengan design yang manis dan nyaman, terasa sekali sentuhan wanitanya. Pastilah ini bukan Motel. Ini rumah. Dean semakin heran. ‘Rumah siapa nih???’
    “Sam!”
Tidak ada jawaban
     “Sammy!”
     “Apa!?” sahutan bernada kesal terdengar dari dalam sebuah kamar yang berada di seberang kamar Dean. Ssttt, Dean, kamu mau bangunin dia lagi?” Sam menarik nafas kesal.
Dean masuk ke kamar adiknya, dan menemukan sam sedang duduk di meja belajarnya dengan buku-buku tebal tersebar di atasnya. Satu diantara buku tebal itu tertulis di sampul depannya, ‘Public Law Management’
    “Kamu sedang belajar?” Dean dengan wajah terheran.
    “Yeah, aku ada ujian penting besok pagi, Dean, jadi bisakah kamu membiarkan aku belajar dengan tenang?
Dean terkatup dengan beribu keheranan, dan mencoba untuk mencerna apa yang sedang terjadi.
     “Oke, Sam, apa yang sedang terjadi?” Dean benar-benar butuh penjelasan sekarang.
     “Hah?” Sam tidak mengerti.
     Di mana kita? Dan siapa anak kecil itu? Kenapa kamu bilang dia anakku!?” Dean setengah panik.
Sam terpaku dengan pertanyaan Dean terlebih dengan reaksinta.
     “Dean, kamu nggak pa-pa? Atau kamu juga habis dapet mimpi buruk?”
     “Hah?” Dean semakin heran. “Nggak!”
     “Terus kenapa kamu tanya itu?”
     “Tanya apa?” Dean tak mengerti.
Sam menghela nafas dan menggelengkan kepala.
     “Sam, terakhir yang aku ingat adalah kita sedang di dalam mobil, baru selesai dari pekerjaan kita. Aku duduk di mobil dengan kamu yangmenyetir, dan aku yakin aku ketiduran.”
     “Pekerjaan? Maksudmu berburu?”
     “Iya. Kita baru saja mengembalikan bayi yang akan dijadikan kurban oleh satu aliran setan yang nggak jelas.”
Sam harus tertawa dengan uraian Dean, “Dean kita sudah tidak pernah berburu lagi selama bertahun-tahun.”
Dean terpaku tak percaya. “Apa?” lebih mirip seperti ekspresi kaget. Sejak kapan?”
      “Sejak kamu memutuskan untuk berhenti, dan menikah.”
Dean semakin terpaku, sama sekali tidak percaya apa yang ia dengar. ‘Aku menikah?’ Terdengar aneh di telinganya.
Dean siap dengan pertanyaannya tapi Sam sudah memutar tubuhnya menghadap buffet yang terpajang sebuah foto pernikahan yang bahagia dengan dia sebagai pengantin prianya bersama..... Layla, Layla Rourke. HAH!?’

Dean langsung berlari ke kamar untuk melihat kembali balita tadi yang masih tertidur dengan pulas di tempat tidurnya. Diperhatikannya gadis kecil itu. Sangat cantik, dan berambut pirang. Dean kembali lari ke kamar Sam.
     “Layla?” memastikan kembali.
     “Yup!”
     “Terus di mana dia sekarang, apa dia tinggal bersama kita, apa dia .....?” wajahnya setengah bersemangat setengah khawatir, teringat dengan Layla yang ia kenal dulu.
Sam terpaku dengan pertanyaan Dean. Matanya mengartikan dia tidak percaya Dean menanyakan itu semua.
Tatapan aneh Sam seperti menjadi jawaban untuk Dean.
    “Dia sudah tidak bersama kita lagi, kan?” Denagn dengan lemas, “Dia sudah ...?” ia bahkan tidak ingin melanjutkannya.
Sam semakin terheran dengan perilaku abangnya ini. Kamu habis mabuk ya?”
Dean kembali protes, “Ngaco!
Sam menarik nafas, “Tidur lagi sana, Dean. Cukup dengan dengan pertanyaan konyol ini, pura-pura kamu lupa semuanya.”
     “Aku nggak pura-pura lupa, Sam,” Dean mencoba membela diri.
Sam menggeleng-geleng kepala, “Aku capek Dean, aku ada ujian penting besok pagi, sekarang izinkan aku tidur, oke,” dengan begitu Sam menutup pintu kamarnya tepat di muka dean, dan menguncinya.
Dean terpaku. “Sam?” dengan menggedor-gedor pintu kamar. “Sammy!”
     “Pergi sana, Dean! Jangan ganggu, aku mau tidur!teriak Sam dari dalam, benar-benar tidak mau diganggu lagi.
Dean terdiam. Yah, mungkin ia jangan mengganggu Sam dulu sekarang. Ia memang kebingungan, tapi dia tidak mau membuat Sam bingung juga. Jangan sekarang deh.

Dean menarik nafas dan kembali ke kamarnya.

Dean harus terpaku dengan sosok kecil yang masih tertidur pulas di sana..
     “Ya Tuhan…,” Dean menghela nafas, membayangkan jika benar-benar gadis kecil ini adalah putrinya.
Dean naik ke tempat tidur, dan dengan ragu ia menarik tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Si kecil langsung meringkuk memeluk tubuhnya. Dia tahu ayahnya datang dan memeluknya hangat. Sekali lagi Dean menghela nafas dan semakin dipeluknya hangat tubuh kecil itu.

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar