Chapter 4
“DEAN!! DEAN!!! Adikmu tertabrak kereta kuda!!” Charlie masuk dengan berlari tergopoh-gopoh mengagetkan semua orang yang berada di sana.
“Hah?” jantung Dean terasa berhenti seketika.
“Iya, Sam tertabrak kereta!” Charlie berusaha mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.
Dean terpaku heran,‘Lho bukannya, dia berada di kantor Tn. Singer?’
“Di mana?”
“Di dekat kota. Dia baru saja pulang mengantarkan surat buat Tn._”
Dean tidak mendengar lagi, ia langsung keluar
“Tunggu, Dean!! Mereka sudah membawanya pergi.”
Lari Dean berhenti seketika.
“Orang yang menabraknya membawanya pergi.”
“Ke mana?”
“Nggak tahu. Mungkin ke rumahnya.”
“Kamu masih ingat bagaimana keretanya?”
Charlie mengangguk.
“Bagus antar aku ke sana!” dengan menarik Charlie tanpa ampun.
“Itu keretanya!” seru Charlie di tengah larinya setelah mereka dapat mengejarnya.
“Kamu yakin?”
Charlie mengangguk.
“Trim’s. Kamu nggak usah ikut lagi!” Dean menambah kecepatan larinya meninggalkan Charlie yang sudah ambruk kelelahan berlari.
“BERHENTI!!!” teriak Dean mengejarnya.
Mereka tidak mendengarnya.
“Tolong BERHENTI!!!”
Tetap tidak terdengar.
Tidak ada cara lain, dia harus mendahului kereta dan menghadangnya di depan, tidak peduli dia akan tertabrak nantinya.
“BERHENTI!!!” Dean merentangkan tangannya di depan kereta kuda yang sudah hampir menabraknya.
Otomatis, pak kusir langsung menarik tali kekangnya agar berhenti. Kereta berhenti mendadak, membuat suara gaduh dari dalam kereta.
“Apa yang kamu lakukan, hah!?” seseorang yang duduk di samping kusir turun dengan kesal.
“Mana adik saya!? Mau dibawa ke mana dia!?” Dean sudah panik dengan terengah-engah.
“Dia adikmu?”
“Iya, Tuan.”
“Anton, ada apa ini?” seorang wanita turun dari kereta. Wanita paruh baya yang sangat anggun.
“Ini Nyonya, dia mengaku kakak dari anak itu.”
Wanita itu terdiam sejenak, memandangnya, “Dia adikmu?”
Dean mengangguk. “Saya ingin melihatnya,” dengan sangat memohon
“Dia di dalam_”
Tanpa permisi, Dean langsung naik ke dalam kereta dan menemukan Sam di pangkuan seorang wanita tua yang sedang mengusap wajahnya dengan sapu tangan yang sudah berwarna merah karena darah. Keningnya terluka. Seorang bocah lelaki yang sepertinya usianya tidak lebih tua darinya, duduk di hadapannya. Tapi Dean tidak peduli.
“Sam…” panggilnya hati-hati. “Sammy…?”
“Maaf, kami tidak sengaja menabraknya. Ia tiba-tiba terjatuh di tengah jalan. Kami membawanya pulang untuk melihat apa lukanya serius atau tidak.”
“Izinkan saya ikut, Nyonya, dia adik saya,” Dean memohon.
“Tentu. Siapa namamu?”
“Dean, Nyonya.”
“Saya Catherine, Catherine Sullivan, dan ini putraku Gabriel,” memperkenalkan bocah itu dengan tersenyum.
Dean hanya mengangguk hormat.
“Anton, jalankan kereta.”
“Baik, Nyonya.”
Dean duduk di samping wanita yang memangku Sam. Dipegangnya tangan Sami dengan hati-hati tanpa ingin menyakitinya. Dean berharap dengan sentuhan di tangannya yang masih terlihat bekas sabuk ayahnya semalam, Sam akan terbangun. Tapi Sam masih juga dengan mata tertutup. Ia pun seperti tidak mendengar panggilannya.
Akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang besar dan bagus. Pria itu, yang ia dengar bernama Anton, segera membawa Sam masuk. Dean mengikuti di belakangnya.
Sam ditempatkan di sebuah kamar yang bagus, dan mereka segera memanggilkan dokter. Tapi justru ini yang membuat Dean tidak bisa mendekati Sam. Dia hanya berdiri di depan pintu kamar, saat mereka membawanya masuk ke kamar.
“Masuklah, kau boleh duduk dengannya,” suara wanita itu sangat halus.
Dean menggeleng dengan melirik pakaiannya yang kumal dan kotor.
“Tidak apa-apa. Bukankah kau ingin bersamanya?”
Dean masih ragu. ‘Tentu. Aku harus di dekatnya. Kalau Sam bangun, hanya pelukanku yang bisa membuat Sam tenang.’
“Ayolah,” Nyonya itu sedikit memaksa Dean, hingga akhirnya Dean berani melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mendekati Sam.
Seorang pelayan melepas jas kumal yang dipakai Sam dengan hati-hati melihat luka di telapak tangannya. Tapi ia harus menahan nafas dengan bagian belakang kemeja yang berwarna merah juga pada celananya yang kini sudah menodai seprai putih bersih bagus itu.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar