Emily berlari menuju pamannya dan dengan riang Sam menangkapnya lalu mengangkatnya tinggi-tinggi dan mengayunkannya di udara. Emily bersorak kegirangan
“Lagi…!”
Sam mengayunnya sekali lagi hingga Emily tertawa kegirangan
Saat Sam menghentikannya, Sam menangkap mata ayahnya tertuju padanya,
“Dad,” Sam tersenyum santai mengatur nafasnya.
“Sammy…,” John membalasnya dengan senyuman hangat.
Dean melihat mereka dengan tersenyum. Hatinya terharu melihat dua orang yang amat dicintainya terlihat bahagia. Lalu ia beralih pada gadis yang berada di samping Sam. Dia tidak dapat menahan untuk memandangnya penuh tanda tanya.
Sam langsung menyadarinya, “Oh, Dad, ini Madison…,” Sam mengenalkan kawan perempuannya dengan tersenyum malu. “Madison, ini ayahku,”
Dean tercekat denagn namanya ‘Dia benar-benar Madison!’
“John Winchester,” ucap John seraya mengulurkan tangannya dengan bersahabat.
“Senang bertemu dengan Anda, Pak.”
“Dan…” Sam beralih pada Dean.
“Dean, abangmu,” Madison tersenyum seperti yang sudah lama mengenal Dean. Ia menjabat tangan Dean.
Dean terkaget, “Heh, dia tahu tentang aku?’
“Sam banyak bercerita tentang dirimu,” Madison menjelaskan mata keheranan Dean.
“Ah,” Dean menarik nafas, dan menengok adiknya, “Kau cerita apa saja tentang aku, hah?” dengan menyelidik curiga, “Kau tidak cerita tentang aku yang memperlakukanmu seperta barang bawaan, kan?” dia langsung teringat saat Sam menceritakan tentang dirinya bahwa dia memperlakukan Sam seeprti barang bawaan pada Meg – iblis jalang itu- menarik Sam kemana dia mau, tanpa peduli keinginan Sam. Menyebalkan sekali!
Sam membalasnya dengan wajah kesal, teringat kembali adegan itu.
“Oh, tidak, Sam tidak cerita itu,” madison langsung membelanya, “justru sebaliknya, Sam cerita bahwa kau adalah orang yang hebat, membesarkan putrimu seorang diri, pastinya tidak mudah, kan.”
Dean langsung tersenyum dengan bangganya, “Tidak juga, ada Sam yang membantuku.”
Madison tersenyum, lalu beralih pada gadis kecil yang masih di gendongan Sam, “Dan ini pasti Emily, ya? Hallo, aku Madison...”
Emily langsung merekahkan senyuman termanisnya, “Hi, aku Emily, Emily Winchester…” dengan malu-malu.
Hati Dean langsung berbunga tak terkira mendengar gadis kecil itu meneybutkan nama Winchester di belakangnya. Tidak pernah menyangkan ada tambahan anggota Winchester yang datang langsung dari dirinya
Sam tergelak, Emily sudah seperti putrinya sendiri.
“Wow, kau punya apa nih, cantik?” Sam beralih pada balon dan beruang, juga panda besar yang dibawa ayahnya dan Dean. “Kau memenangkannya semuanya, ya?” dengan menggoda keponakannya.
Emily mengangguk, “Daddy jago tembak, dan Kakek, dia kuat sekali!” celotehnya dengan bangga. “Mereka keren!!”
“Oh, ya!” Sam menyeringai renyah pada abang dan ayahnya.
Emily mengangguk dengan bangganya.
Dean hanya bisa tersenyum dengan bangga.
“Kau juga harus main, Sam, dan harus menang,” lanjut Emily menantang pamannya. “Okey, kita cari apa yang bisa aku mainkan, dan pasti akan akan memenangkannya untuk mu,” janji Sam
“YAY!!!” Emily bersorak kegirangan.
Semuanya tertawa dengan keceriaan Emily.
Dan mereka berjalan kembali, mencari permainan apa yang menarik untuk Sam.
Dean masih juga belum bisa membiasakan pemandangan indah di hadapannya. Sam menggendong putrinya dan jelas sekali betapa sayangnya Sam pada Emily. Dean yakin Sam pasti akan menjadi ayah yang hebat. Dan, bagaimana santainya Sam dekat dengan ayahnya, sama sekali tidak memancing keributan diantara keduanya, seperti yang sellau ia saksikan bila Sam berdekatan dengan ayahnya.
Kemudian diliriknya Madison, ini masih menganggunya. Madison ini sama sekali tidak berbeda dengan Madison yang berubah menjadi serigala jadi-jadian, yang harus dengan terpaksa Sam bunuh karena tidak ada jalan lain untuk mengobatinya. Dean jadi penasaran, apa Madison ini akan berubah menjadi serigala juga nanti?
Tiba-tiba Madison menoleh padanya mengagetkan Dean.
“Putrimu sangat cantik,” ucapnya tanpa lepas matanya dari Emily yang digendong Sam.
“Yea, terima kasih,” Dean tersenyum. “Ng...Madison, boleh tahu di mana kau mengenal adikku yanga aneh ini?”
“Di Biro,” Madison dengan tersenyum.
“Huh, Biro apa ya?” Dean tidak mengerti.
“Biro Hukum.”
Dean menarik nafas mengalihkan kebingungannya, “Biro Hukum, tentu saja!”
“Yea, saat ini memang dia masih magang di biro, tapi saya yakin dia akan segera bergabung dengan kami. Dia banyak membantu kami selama ia mangan bersama kami, saya yakin dia akan menjadi pengacaray yang hebat.”
“Yeah, tentu, setelah ia lulus pastinya,” sahut Dean tersenyum dengan bangganya, ‘pasti ujian penting hari ini adalah ujian kelulusannya,’ Dean membayangkan adiknya dengan balutan kemeja, jas hitam, dasi, lalu membawa tas kerja kotaknya, ‘Fiuh! Adikku yang aneh ini jadi pengacara hebat. Persis yang diimpikan Sam.
“Mmm, pasti sulit membesarkan anak seorang diri...?” suara Madison membawa dean kembali ke bumi.
“Huh?” Tidak, tidak terlalu berat,” Dean berkilah. Mana dia tahu cara memebsarkan anak, diapun masih mencari tahu. “Ada Sammy. Dia selama ini yang membantuku,” nah ini baru benar.
Madison hanya tersenyum mengangguk. Dean pun tersenyum dengan jengah. Tidak diragukan lagi ia suka dengan kehidupan ini. Berani taruhan, ini kerjaan pasti iblis nakal, atau triskter yang bermain di imaginasinya. Tapi dia tidak peduli. Dia menyukainya, dan berharap tidak akan bangun. Dia akan sangat menikmatinya.
“Hey, itu ada arena lomba balap mobil, bisa kita main itu?” seru Dean dengan semangat menunjuk arena balap mobil.
Mereka menengok ke arah arena dan tersenyum dengan semanya.
“Kau pikir kau bisa mengalahkan orang tua ini, nak?” John menantang kedua putranya.
“Pasti bisa!” sahut Sam percaya diri.
“Hebat!” Dean mengusap-usapa tangannya penuh semangat. “Dan kau, putri, kau ikut denganku,”dengan mengambil Emily dari pamannya.
“YAY!!” Emily bersorak kegirangan, “Boleh pilih M’pala, daddy?”
Dean harus tertawa, “Kita lihat mereka punya apa, ya …?”
“Kau ikut, Maddy?” Sam bertanya pada Madison melihat keraguan di wajah pacarnya.
“Entahlah, Sam, kau tahu aku tidak bisa lama, aku harus pergi...,”
“Ayolah, sebentar saja... Cuma 1 putaran saja ….,” Sammy memohon, mengeluarkan jurus ampuh ‘puppy dog eyes’ andalannya yang paling terkenal.
Dean tak dapat menahan tawa gelinya melihat Sam mengeluarkan senjata pamungkasnya untuk membuat orang-orang menyerah dengan mudahnya mengabulkan permintaannya. Dean menunggu hasilnya, dan ...
Madison menghela nafas, “baiklah, tapi cuma 1 putaran saja, ya …”
“ASYIK!” Sam bersorak seperti anak kecil, “AYO!”
Dan mereka pun segera menuju arena dan memilih mobil mini pilihan mereka, dan agak sulit juga Sammy masuk ke dalam mobil mini ini dengan kakinya yang panjang.
Tidak ada M’pala, Emily memilih mobil berwarna merah untuk ayahnya, sementara pamannya, kakeknya, dan Tante Madison memilih warna hitam, biru, dan hijau.
Begitu mereka naik ke dalam mobil mini, balapan langsung dimulain. Hanya 2 putaran, tapi cukup membuat adrenalin ketiga Winchester naik sampai ubun-ubun. Mereka balapan layaknya mengejar gerombolan vampir yang harus dibunuh, dengan memacu kecepatan maximal yang bsia mobil-mobil mini ini bisa kerahkan.
Dean memimpin pertama, disusul John, kemudian Madison dengan Sammy di belakang. Tapi John bisa dengan mudahnya menyalip Dean di putaran pertama. Dean tidak tinggal diam, dia langsung mengejar ayahnya. Semua orang bisa mendengar sorakan adrenalin mereka yang bisa terdengar dalam radius 5 km. Dan akhirnya Dean bisa menyentuh garis finish begitu ia bisa menyalip ayahnya. Dean dan Emily bersorak dengan lepasnya,
“YAYYYYY!!!!!!! KITA MENANAAAAGGGGG!!!!!!” Emily bersorak dengan kerasnya, saat Ayahnya menepikan mobilnya.
“YAY!!!!!!”Dean tersenyum dengan mengatur jantung yang masih naik turun, mengikuti adrenalin kemenangannya. DIA SUDAH MENGALAHKAN BAPAKNYA!!!!
John memarkinkan mobilnya di samping Dean tanpa bisa menyembunyikan wajah kecutnya.
“Sudah kubilang, Dad, kita pasti mengalahkanmu, dad, ya kan Emily?” ucapDean saat menurunkan Emily dari mobilnya.
“Yeah! Kita mengalahkan kakek!” Emily tersenyum dengan girangnya.
Wajah kecut John langsung menghilang begitu melihat senyum manis Emily, langsung melunturkannya. Ia langsung menggendongnya, “Yup, kau mengalahkan kakekmu ini,”dan mengecupnya gemas.
“Yow, Sammy?” Dean masih dengan adrenalin kemenangannya, “Yow, putri, jadi lambat, kamu...,” menggoda adiknnya, “Sepertinya kau tidak akan bisa mengalahkan abangmu ini, bocah cerdas?”
Sammy mendengus kecil, “Ya,terserah katamu, lah.”
Dean tertawa geli.
Madison hanya bisa tersenyum penuh kekaguman melihat ikatan saudara di anytara mereka. Ia sangat menyukainya
Madison menarik nafas, “Ng.., senang sekali bisa menghabiskan waktu berasama kalia, tapi sepertinya aku harus pergi sekarang,”
Dean melirik Sam dengan terkejut dan mengeluarkan wajah kecewanya, “Secepat ini?”
“Yeah, saya masih ada keperluan lain, tapi saya akan senang sekali jika bisa menghabiskan waktu bersama kalian lagi …,” ucap Madison dengan tersipu, seperti mengharapkan dapat diterima di keluarga Winchester ini.
Dean menoleh ke arah Sam yang dengan wajah memohon, “Tentu, tentu saja, kami pun senang bersama dirimu, Maddy. Kita bisa keluar bersama lagi, lain kali,” Dean tersenyum (apapun yang bsia membuat Sammy bahagia).
Dan John mengangguk dengan tersenyum, masih dengan Emily di gendongannya.
Madison tersenyum dengan lega, “Terima kasih banyak. Senang sekali bisa bertemua dengan kaloian semua.”
“Kami juga,” John dengan tersenyum.
Madison tersenym lega, “Baiklah, “Sampai jumpa lagi …,”
John dan Dean mengangguk dan memberinya pelukan hangat sebelum Sam mengantarkan Maddy ke mobilnya
Kedua Winchesters menyaksikan pasangan muda itu dari belakang.
“Dia baik,” She’s good,” komentar John.
Dean menoleh ke arah ayahnya dengat terjaget, ‘benarkan John Winchester yang mengucapkan ini.’
John membalas pandangan Dean, “Kenapa? Ada yang salah?”
“Nggak, cuma, benarkah ini ayah yang mengucapkannyat?”
“What the hell is that mean? Maksud ayah kan, ayah senang Sam akhrinya bisa mendapatkan seseornag yang disyaanginya setelah Jess. Anak ini baik buat Sam.”
Dean memutar matarnya, “yeah, tentu saja,’ tapi tersenyum dalam hati, ia tahu ayahnya sanagt menyayangi Sam
“Daddy, kakek memaki, kakek bilang ‘the hell’, itu tidak baik, harus dihukum, daddy,” ucap Emily tiba-tiba membuat pipi john memerah
“Maafkan Kakek, sayang, tidak akan memaki lagi,” John langsung meminta maaf.
Dean tergelak melihat John Winchester meneyrah di hadaan putrinya.
“Kau benar, sayang, kakek harus dihukum.”
“Dean…,” John memperingatinya .
“Dan kau yang harus menghukumnya, sayang, kau boleh meminta kakek untuk membelikanmu apa saya,”
“Benarkah?”
“Yeah,” Dean menunggu reaksi wajah ayahnya dengan tersenyum nakal.
“Tentu saja, sayang,” ucap John akhirnya.
Dean tertawa senang.
“Aku ingin harummanis, boleh?”
“Tentu saja boleh,sayang, kakek yang akan membelikanmu harummanis,ya, kan kek?”
“Tentu,” John menghela nafas kalah, “Yuk,” dengan membawa Emily mencari pedagang harum manis.
“Ayah tunggu, ya!!??” Dean melambaikan tangganya penuh kegirangan. John membalas melambaikan tangannya tanpa menengok ke belakang, Dean semakin tergelak geli.
Dean masih tergelak saat ia mencari bangku kosong, dan duduk di san.
Ditariknya nafas dalam-dalam menikmati hidup yang yang sesuai dengan impiannya. Meski ia belum mengerti apa yang sedang terjadi, Dean sangat menikmati dan menyukainya.
“Hey, Dean,” sebuah suara yang ia kenal muncul tiba-tiba di sampinnya mengagetkannya.
Dean mengatur nafas kekagetannya, “Aku tahu, ini kamu. Kamu melakukannya lagi!” dengan menghela nafas, dan memandang kesal makhluk yang paling menyebalkan ia ia pernah temui. “Sekarang apa lagi, Cas?”
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar