Tak lama merekapun sampai di karnaval.
Emily berseru dengan senangnya, “Kita sudah sampe!!” matanya tidak lepas melihat keramaian di hadapannya, dan dia sudah tidak sabar untuk keluar.
“Yup, kita sudah sampai, sayang,” John menyahut dengan semangatnya. Tak terkira bahagianya ia akan menghabiskan waktu bersama cucu tersayangnya ini.
John menurunkan Emily dan gadis kecil itu sudah siap untuk lari. “Eit, mau kemana sayang, ” John memegang erat tangan Emily, “nanti tersesat, mau?”
Emily memanyunkan bibir, dan menggeleng lirih.
“Makanya jangan jauh-jauh dari kakek, ok,” John langsung menggendongnya agar tidak lari lagi dan terpisah.
Dean melihat sekelilingnya dengan takjub. Banyak sekali arena permainan di sana. Ya Tuhan, dia lupa kapan terakhir dirinya pergi ke karnaval, secara karnaval adalah tempat yang paling dihindari Sammy, tentunya karena ada badut di sana. Hingga mata Dean terkatuk pada papan nama di pintu masuk arena; ‘Cooper’s Carnival.’ Dean terpaku heran.Bukankah itu adalah nama karnaval waktu dirinya dan Sam menyelesaikan kasus badut pembunuh, setelah dad meninggal? Dan dia harus menghadapi Sammy yang terus menanyai keadaannya sepeninggal dad, dan Sam bertingkah seperti anak penurut yang ingin menyelesesaikan kasus tanpa protes, seperti yang diharapkan dad.
Dean menoleh ke arah ayahnya yang terlihat sangat hidup dan bahagia menggendong cucunya. ‘Nope, dad masih hidup. Jadi apa ini!!!??’.
Dean menarik nafas, dia harus cari tahu semua ini.
“Mau main apa dulu, sayang?” tanya John pada gadis kecilnya.
“Mau naik kuda, kek.”
“Kuda? Komedi putar?”
Emily mengangguk dengan tersenyum renyah.
“Okey, kita naik komedi putar, “John penuh semangat
“Yay!” Emily bersorak girang dan langsung menoleh ke belakang, “Daddy,” seperti yang mencari ayahnya.
“Daddy di sini sayang, nggak akan jauh-jauh darimu,” Dean tersenyum pada putrinya lega, Emily masih mencarinya. Dean mengikuti di samping ayahnya agar tidak jauh-jauh dari Emily.
Merekapun naik komedi putar. Emily memilih naik kuda dengan kakeknya duduk bersamanya di belakannya, sementara Dean memilih naik jerapah, karena mengingatkan dia pada Sam dan juga binatang favorit Sam.
Emily terlihat sangat bahagia. Senyum bahagia tidak menghilang dari wajah cantiknya, dan tentu saja, kakeknya juga. Dean harus tersenyum dengan bahagia melihat mereka berdua. Tapi jujur, Dean juga sangat menikmati naik komedi putar ini, terserah kalau nanti Sam menertawainya. Mudah-mudahan Sam tidak melihatnya.
Setelah puas naik komedi putar, mereka turun dan mencari permainan lain.
“Daddy, mau balon!!” Emily menunjuk penjual balon gas dengan balon-balon yang besar, berbagai bentuk dan berwarna warni
“Balon? Oke.”
Mereka segera menghampiri penjual balon dengan Emily yang masih digendongan kakeknya
“Mau yang mana?” Dean membiarkan Emily memilih sendiri balon kesukaannya
“Yang itu,” dengan menunjuk balon berbentuk beruang berwarna biru.
“Oke, yang itu.”
“Ini balonnya ,” si penjual balon memberikan balon besar itu pada Emily dengan menyematkan karet di pergelangan tangan kecilnya agar balonnya tidak terbang.
“Bilang terima kasih, sayang,” kakeknya mengingatkan.
“Terima kasih,” Emily memamerkan senyumnya yang menggemaskan.
“Kembali,” si penjual membalasnya dengan tersenyum dan menerima uang dari sang ayah.
Setelah membeli balon, mereka melanjutkan untuk mencari arena permainan yang lain.
Selanjutnya mereka sampai di arena ‘Tunjukkan Kekuatanmu!!!’
Emily menantang kakeknya untuk main di arena itu dengan menujukkan kekuatan kakeknya.
John tidak bisa menolaknya, dan Dean pun tidak sabar ingin melihat aksi ayahnya.
John pun siap dengan palu yang akan dia pukul pada alat yang akan menunjukkan seberapa jauh kau bisa menyentuh bel di ujung tiang setinggi 10 meter, setelah memberikan Emily pada ayahnya.
Dan semua memandang takjub, dengan John yang memukul dengan sekuat tenaga dan membawa tanda penunjukkan naik ke atas dengan cepat, dan....
‘DING’ menyentuh bel di atas sana.
‘KEREN,’ Dean takjub melihatnya. Ayahnya masih sangat kuat
“Hebat, dad!” Dean berseru dengan girangnya. Emily yang ada di gendongannya bertepuk tangan dengan girang menunjukkan tawa cerianya.
Para penonton yang menyaksikan aksi John pun bertepuk tangan memberi selamat, Johnpun mengangguk tersenyum dengan ucapan terima kasih.
“Anda boleh pilih hadiahnya, Tuan,” sang penjaga arena berucap dengan tersenyum ramah.
“Okay,” lalu beralih pada Emily, “Mau pilih hadiah apa, sayang?” dengan melihat jajaran hadiah yang boleh dipilih.
“Mau yang itu,” Emily menujuk sebuah balon besar berbantuk palu.
“Balon lagi?” Dean tersenyum geli, Emily memilih balon lagi.
Emily hanya mengangguk.
“Oke, cucu saya pilih balon itu,” John menyetujuinya.
Si penjaga arena mengangguk dan mengambilkan balon lalu diserahkannya pada gadis kecil itu, serta sebuah topi pada John.
“Oh, saya dapat topi juga,” John berseru girangnya. Dia melihat apa yang tertulis di topi itu . “I’M A STRONG MAN,” dia membacanya tanpa bisa menahan tawa gelinya. “Yup, aku pria yang kuat”
“Pakai ini,” John memakaikan topi itu di kepala kecil Emily. Emily tersenyum menerimanya.
Dean tersenyum ikut senang. “Oke, kita cari permainan lain lagi.”
Setelah dari arena ‘Tunjukkan Kekuatanmu!!!’, mereka melanjutkan mencari permainan lain dengan menikmati keramaian ini.
“Gimana kalau kau coba itu,” John tiba-tiba menujuk ke arah arena ‘Tembak Sasaran’.
Dean mengamatinya dan menoleh ke arah ayahnya.
“Ayah ingin lihat, masih bagus tidak tembakanmu?” John tersenyum menantang.
Dean harus tersenyum dengan penuh semangat, “OKE!”
“Satu hadiah bola untuk setiap kaleng yang bisa ditembak. Dan kalau bisa menjatuhnkan 10 kaleng itu, hadiahnya boneka Panda,” penjaga arena menjelaskan permainannya, dengan menunjuk boneka panda yang duduk manis menunggu pemenang.
“Oke, siapa takut,” Dean penuh semangat dan percaya diri.
Setelah memberikan Emily pada kakekknya, Dean penuh menerima pistol kecil itu, dan mengacungkannya pada sasaran sejauh 5 m. Ia sempat memberikan senyuman kecil pada Emily untuk memberinya semangat.
Dan seperti kilatan, saat Dean mulai menembakkan peluru mengenai sasaran. Dalam hitungan detik, Dean bisa menjatuhkan ke-10 kaleng berjarak 5 m itu, tidak ada yang tersisa.
Baik John maupun penjaga arena melihatnya dengan takjub, tak terkecuali dengan orang-orang yang ikut melihat aksinya.
Belum pernah mereka melihat orang dapat menembak secepat itu dan setepa itu.
“WOW!” Dean memekik dengan girannya. Dia sendiri tidak percaya bisa menembak secepat dan setepat itu. “GIILA KEREN BANGET, YA!!!???” dengan tersenyum penuh bangga.
Tepuk tangan Emily mengeringi kemenangan, “YAY, DADDY!!!”
“Tuan seorang sniper ya?” penjaga muda itu dengan terheran plus takjub.
“Bukan, saya seorang pemburu,” jawab Dena dengan melirik bangga pada ayahnya. Lirikannya dibalas dengan senyum bangga oleh John, membuat dean melambung rasanya. Tidak ada yang lebih membuatnya bahagia selain mendapatkan senyum bangga dari ayahnya.
“Mungkin, mau coba tantangan lain?” tawar penjaga itu lagi.
“Apa tantangannya,” Dean langsung tertarik.
“Menembak sasaran dengan mata tertutup. Anda, Tuan,” ditujukan pada John, “bisa membantunya dengan memberi arahan dari jauh.”
“Lima kaleng dan hadiahnya senapan angin” lanjutnya lagi.
“Senapan?” Dean semakin bersemangat.
“Ya Tuan.”
Dean menoleh pada ayahnya, dan John mengangguk menyetujui, semakin membuat Dean tersenyum penuh semangat. Darah pemburunya sedang mendidih.
“Oke, saya coba,” Dean menggosok-gosokkan tangan penuh kesiapan
Penjaga muda itu menyiapkan lima kaleng di hadapan Dean sejauh 6 m, dan memberikan penutup mata yang segera dipakai oleh Dean lalu bersiap dengan pistolnya, menunggu arahan ayahnya.
“Okey, nak, arahkan pistolmu di sudut 45° dari posisimu,” John memberi arahan pada putra sulungnya yang selalu membuatnya bangga, dengan Emily tetap di gendongannya.
Dean mengikuti arahan ayahnya, dan menembakkan sasaranya Kaleng pertama langsung terhempas keluar.
“Oke, sudut 70°, Dean," John melanjutkan arahannya dengan tenang.
Dean mengikutinya dan menembakkan kembali. Kaleng kedua terhempas keluar.
“Sudut 90°, nak,”
Dean tersenyum kulum, berharap dia tidak meleset lagi. Dan ia mendengar pelurunya mengenai kaleng ktiga dan menghempaskannya keluar.
John dapat menahan untuk tersenyum bangga, belum sebelum Dean dapat menjatuhkan semua kalengnya .
“Sudut 120°,” lanjut John tetap tenang, bahkan terdengar lebih tegas.
Dean mengarahkan lagi, dan kembali menjatuhkan kaleng keempat.
“Okey, yang terakhir, nak, di sudut 165° - mu.”
Dean tersenyum kecil dan menembakkan peluru terakhirnya. Kaleng kelima meloncat keluar
Tepuk tangan dan riuh penonton memberi selamat langsung terdengar. Dean langsung melepaskan penutup matanya dan menyaksikan sendiri kelima kaleng itu sudah tidak ada lagi di hadapannya, semuanya sudah ia tembak jatuh!
“WOW!! GILA BENER, AKU MEMANG HEBAT!!!” Dean berseru dengan bangga, layaknya anak umur 10 tahun!
John tak dapat menahan untuk tertawa geli dengan ekspresi Dean. Tidak diragukan lagi, betapa bangganya ia dnegan putra sulungnya ini. Dean mengikuti semua arahannnya tanpa ada kesalahan hingga bisa menjatuhkan lima kaleng itu tepat sasaran tanpa harus melihat. Dean benar-benar hebat.
“Hebat kau, Nak,” John menepuk pundak putranya penuh bangga.
“Thanks dad,” Dean tersenyum dengan bahagia, merasa sangat terhormat dengan pujian ayahnya.
“Ini senapannya, Tuan,” sang penjaga menyerahkan hadiahnya.
Dean tak dapat menahan senyumnya menerima hadiah senapan itu, “WOW!” ia merasa seperti anak kecil lagi
“Daddy hebat,” seru Emily dan langsung memberi peluk dan cium ayahnya, sekaligus pindah ke gendongan ayahnya.
“Thank you, baby,” Dean balas mengecup putrinya penuh bahagia.
Setelah mengucapkan terima kasih, keluarga kecil Winchester itu meninggalkan arena ‘Tembak Sasaran’ dengan John membawa seluruh hadiah dari permainan yang mereka menangkan
“Kita bersenang-senang, kan?” Dean memastikan putrinya.
“Yea, tapi ‘Uncle Sam’ belum datang, dia nggak ikut senang-senang. Dia nggak akan datang,” Emily mulai memanyunkan bibirnya.
Dean tercenung dengan ekspresi putrinya, “Nggak, sayang, ‘uncle Sam’ pasti datang, dia akan menyusul kita nanti,” mencoba menenangkany putrinya.
“Hey kalian!!!” sebuah suara yang sanagt mereka kenal berseru ke arah mereka dari kejauhan
Mereka langsung menoleh ke arah sumber suara dan melihat siapa yang berseru dengan lantangnya
“Uncle Sam!” Emily memekik dengan giranganya melihat paman tersayang akhirnya datang
“Nah itu dia,” Dean menarik nafas lega, melihat Sammy akhirnya datang. Ia tidak akan kuat melihat wajah sedih Emily. Tapi ia harus terkatup kaget dengan siapa yang datang bersama Sam. Sesorang yang ia kenal. Seseorang bernama.... ‘Madison?’
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar