Jumat, 16 November 2012

Beauty Love Brother - Bagian 16


Rating : K+

Genre : Family

Character : Alec, Ben, Dean, Sam


Summary : Ben dan Alec tinggal di Panti Asuhan sejak mereka masih bayi. Mereka berjanji akan selalu bersama meski ada yang ingin mengadopsi mereka. Tapi bagaimana jika ada yang ingin mengadopsi salah satu dari mereka dan membuat mereka terpisah satu sama lain?

ENJOY
Chapter 16

Bapa Simon terpaku.
    “Alec…?” dan menatap mata kecil itu dalam-dalam.
    “Aku nggak mau pergi, Bapa, aku mau di sini, meski aku harus menjadi Adeline. Tidak apa-apa, kan, Bapa?”
Bapa Simon masih memandang Alec dan meyakinkannya. “Kau yakin, Nak?”
Alec mengangguk, “Untuk Milady Mary. Milady sudah sangat baik padaku Bapa. Milady mencintaiku, meski ia tidak tahu siapa aku sebenarnya. Milady yang membuatku tetap hidup, dan mereka bilang aku juga membuat Milady hidup kembali….”
Bapa Simon mengerti maksudnya. Ia tersenyum, “Meski kau harus hidup sebagai Adeline?”
Alec mengangguk.
    “Dan kau tidak keberatan jika Bapa menyampaikannya pada Lord Winchester sekarang?”
Sekali lagi Alec mengangguk.
    “Baiklah Alec, Bapa akan sampaikan sekarang,” dengan tersenyum lega dan keluar dari kamar.
Alec menarik nafas dalam-dalam saat Bapa keluar kamar.  

Tak butuh waktu lama untuk Bapa Simon kembali bersama Lord Wicnhester didampingi Sir Caleb. Mereka semua tersenyum dengan gugup. Alec lebih gugup lagi.

Lord Winchester duduk di tempat tidur dan memandang hangat Alec.
    “Nak, ada yang ingin kau sampaikan pada kami?”
Alec melihat ke arah Bapa Simon dengan gugup, dan dibalas dengan senyuman yang menangkannya. Alec kembali pada Lord Winchester.
    "Ya, Tuan …”
    “Nah, katakanlah, Nak.”
Sekali lagi Alec menoleh ke arah Bapanya dan kembali pada Lord Winchester juga pada Sir Dean.
  “Ng... masih mungkinkah saya tinggal di sini, Tuan? Saya tidak keberatan menjadi Nona Adeline, Tuan, dan saya berjanji saya akan jadi anak baik, saya tidak akan nakal, saya janji, Tuan,” Alec mengucapkan kalimat yang diucapkan hampir seluruh anak-anak seperti dirinya untuk meyakinkan orang untuk mau mengadopsi mereka, dengan memohon.
Lord Winchester harus tersenyum dengan lega.
   “Tentu Alec, kami akan dengan senang hati menerimamu, Nak, dan juga kau yang bersedia menjadi Adeline untuk Milady.”
Alec tidak menyahut, hanya melihat ke arah mata Milord.
    “Kami tahu kau akan menjadi anak baik, karena kau memang anak yang baik. Dan kami juga berjanji akan menyayangimu dengan sepenuh hati sebagai Alec bukan sebagai Adeline.”
Alec masih bekum mengucapkan apa-apa.
Lord John meraih tangan Alec dan digenggamnya hangat, “Kami sangat menghargainya, Nak, dan terima kasih,” dan memeluk Alec hanya dan penuh kasih sayang.
Alec merasakan kehangat dan kasih sayang yang terkirim dari tubuh besar dan bidang ini. Ia sangat membutuhkannya.
Lord Winchester memberikan pelukan hangat sebelum dilepaskan dan tersenyum penuh kelegaan dan bahagia.
    “Akan segera kami atur semuanya sekarang, dan kau tak perlu meninggalkan rumah ini. Kau akan menggunakan kamar ini sebagai kamarmu, dan dengan sendirinya menjadi milikmu.”
Alec terpaku mendengarnya. Kamar sebagus dan sebesar ini menjadi miliknya? Kamar yang dulu milik Adeline kini menjadi miliknya. Alec menyukai kamar ini, Alec menyukai tempat tidurnya, dan ia tidak mau meninggalkan kamar ini.
Alec tersenyum sendiri dan menyadari maaf Sir Dean kepadanya dengan tersenyum, tahu arti senyuman Alec. Alec jadi malu sendiri. Tapi Sir Dean hanya mengangguk.
Lord Winchester menarik nafas dalam-dalam penuh kelegaan.
   “Baiklah, sepertinya kita harus mempersiapkan surat-suratnya sekarang. Dan menoleh pada Bapa Simon.
    “Mari Bapa?”
    “Tentu, mari, Tuan.”
Lord Winchester segera keluar bersama Bapa Simon, dengan meninggalkan Caleb bersama Alec.

Alec masih tercenung sepeninggal mereka berdua. Ia menyadari, dirinya di sini karena Milady. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi bila Milady meninggal dunia, apakah dia akan dikembalikan ke panti, atau bagaiman, Alec tidak tahu dan ia takut memikirkannya. Ia hanya berdoa akan takdirnya ini, mudah-mudahan ini sebuah pilihan yang tepat. Ia akan melakukan segalanya untuk membuat Milady Mary bahagia dan hidup kembali.
Alec menoleh gugup pada Sir Caleb yang masih menemaninya, dan Sir Caleb memberinya senyuman kehangatan, membuat Alec semakin yaman.

*

Semua berjalan begitu cepat. Berikutnya yang Alec ingat Lord Winchester sudah kembali lagi bersama Bapa Simon dengan membawa surat-surat, kali ini bersama Sir Dean. Alec semakin gugup ‘Jadi inilah saatnya.’

Lord Winchester duduk di tempat tidur berhadapan dengan Alec. Sebelum proses dilakukan, sekali lagi, John bertanya pada Alec, meyakinkan Alec kembali atas keputusan ini.

    “Alec, anakku, dengan surat ini kau dengan resmi menjadi bagian dari keluarga ini, Kel. Winchester, tapi sebelumnya, aku ingin mendengar sekali lagi, dan mudah-mudahan ini adalah keputusan terakhirmu, dan kami akan menghormatinya.”
Alec langsung gugup..
    “Nak, apakaah kau benar-benar menerima adopsi ini dan menjadi Adeline, karena jika kau masih ragu, tidak apa-apa, kau bisa mengatakannya, dan kita bisa membatalkannya. Kami tidak akan marah, dan kami akans anat menghormatinya.”
Alec terpaku, dia tidak bisa menjawabnya, tapi iya, ia ingin melakukannya...untuk Milady.
Alec menengok ke arah Bapanya dengan gugup dan mendapatkan mata yang memberi kenyamanan dengan sinyal ‘tidak apa-apa, kau bisa memutuskan apapun’.
Perlahan ia beralih pada Lord Winchester, dan mengangguk.
Dan semua yang ada di sana menghela nafas lega, tapi tetap Lord Winchester belum dapat menerimanya begitu saja.
     “Alec, kami tahu kau anak yang cerdas, dan dapat memutuskan apapun yang kau inginkan. Kau tahu begitu kau resmi kami adopsi, kau akan berubah menjadi Adeline dan segala hal, meski kami berjanji kau masih Alec di dalam sana. Dan kau melakukannya untuk Milady, untuk keluarha ini. Jadi kutanyakan sekali lagi, karena kami tidak ingin kau merasa terpenjara dalam sosok Adeline.”
Alec menyerap apa yang diucapkan Lord, dan ya, ia tahu itu. Meski mereka tidak berniat memenjarakannya, tetap ia akan terpenjara, dan ia tidak yakin ia akan bisa lepas dari penjara itu. Tapi ya, dia bisa melakukannya, dan saat ini, ia ia tidak ragu sama sekali.
Dan Alec mengangguk, “Ya, Milord, aku menerimanya, dan aku bisa melakukannya,” dengan menatap langsung ke arah mata Tuan, dan Tuan dapat mengerti arti tatapan itu.
Ia mengangguk dengan penuh kelegaan, dan menariknya dalam pelukannya.
     “Terima kasih, nak, terima kasih banyak. Dan selamat datang di keluarga kami, kau sudah resmi menjadi seorang Winchester,” dan mengecup keningnya tanda kasih sayang.
    “Terima kasih.”
    “Nah, jika kau menginginkannya, kau boleh memanggilku Papa – seperti panggilan Dean dan Sam, juga mama pada Milady. Dean dan Samuel, mereka kakakmu.”
    “Papa... mama …?” masih terdengar aneh di telinganya.
Lord Winchester mengangguk, “Ya, mama dan papa.”
Alec harus tersenyum, masih belum mempercayainya. Dia kini memiliki semuanya, ayah ibu, dan kakak, seperti yang ia bayangkan.
     “Tapi bagaimana aku bisa menjadi Miss Adeline kalau aku belum pernah menjadi perempuan?” tanyanya langsung.
Baik Bapa Simn dan Lord Winchester tersenyum. Anak ini memang luar biasanya cerdasnya untuk usianya.
    “Jangan takut, nak, kau akan memiliki guru, guru kepribadian, yang akan mengajarkanmu semuanya menjadi seorang Putri. Dan kau akan mendapatkan apa yang seharusnya Adeline dapatkan; cara bersopan santun, tata krama dan pengetahuan.”
Alec mengigit bibirnya. Hidupnya akan benar-benar berubah sekarang.
    “Ya?”
Alec mengangguk lirih.
    “Jangan takut, Nak, kau akan baik-baik saja, di sini, dan kami akan membantumu melalui ini, semuanya akan baik-baik saja, kami berjanji,” di memberi senyuman hangat. “Dan kau memiliki Caleb dan pelayan-pelayan ini yang juga akan menjagamu.”
Alec hanya mengangguk.
Dan sekali lagi, Lord Winchester dan Bapa Simon meninggalkan Alec, kali ini bersama Sir Dean.

Alec menengok pada Sir Dean yang memandanginya dengan tersenyum. Sir Dean akan menjadi kakaknya. Ia tergugup dengan Sir Dean mendekatinya dan duduk di tempat tidur, memandangnya hangat.

   “Selamat, Alec, kau sudah resmi menjadi bagian dari keluarga ini, dan menjadi adikku. Dan terima kasih, banyak,” ucap Dean dengan tersenyum penuh ketulusan. Kami semua sangat menghargai apa yang kau lakukan ini, dan kami berjanji untuk memperlakukanmu dengan baik. Dan tentang Samuel... jangan kau takut padanya, dia sebenarnya anak yang baik...”
Alec terkatup, dan teringat Tuan Samuel yang kemarin mengunjunginya.
   “Kemarin Sir Samuel kemari,” ucap Alec lirih.
Dean tercekat, dan sedikit khawatir apalagi yang dilakukan Samuel pada anak ini.
   “Oh, ya...?” Dean menahan diri, dan ingin mendengarkan langsung dari anak ini, yang ia yakini akan bercerita terus terang.
Alec menelan ludah, “Sir Samuel memintaku untuk tetap tinggal, dia bilang Milady membutuhkanku.”
Dean menahan nafas mendengar laporan Alec. Dan ia harus tersenyum simpul penuh kelegaan dan rasa bangga.
Dean mengangguk, “Kalau begitu tidak ada yang perlu kau takutkan, kau akan baik-baik saja bersama kami, percayalah Sam anak yang baik,” ucapnya halus.
Alec hanya mengangguk.
Suara Sir Dean begitu enak didengar, dan halus, seperti yang tidak pernah marah. Alec menyukai Sir Dean.
Dean tersenyum, Samuel sudah mendatanginya dan berbaikan dengannya, mungkin itu juga menjadi tambahan keberanian untuk Alec menerima dan menjadi bagian dari keluarga ini. Kini Alec sudah resmi menjadi adiknya sekarang.
    "Kau boleh memanggilku kakak, Alec, tidak perlu lagi dengan Sir, agak janggal di telingaku untuk anak seumurmu memanggilku begitu, jadi panggil saja kakak, ya,”Dean dengan tersenyum renyah.
Alec tercekat dan tersenyum malu. “Kakak...?”
Dean hanya mengangguk masih dengan tersenyum hangat.
    “Baiklah, untuk sementara Caleb yang akan menemanimu.”
Alec mengangguk. “Terima kasih, kak....,” ucapnya malu-malu.
Dean mengangguk, dan beranjak dari duduknya dan keluar setelah memberinya pelukan hangat.
Alec masih tersenyum sendiri dengan ucapan kakak. ‘Ya, Tuhan, aku punya kakak sekarang. Dua kakak sekaligus, meski ia ragu apakah Tuan Samuel mengizinkan dia memanggil dengan sebutan kakak? Tapi Alec tidak peduli, yang jelas, ia sekarang punya dua kakak, bukan hanya saudara kembar, tapi KAKAK yang usianya lebih tua beberapa tahun dari dirinya.’ Masih terdengar asing di telinganya, tapi ia menyukainya. ‘Ben aku punya kakak, sekarang.’

*

Dean masih tersenyum dengan kepastian dan secara resmi Alec telah menjadi bagian dari keluarganya. Tapi yang lebih membuatnya tesenyum adalah kabar dari Alec yang mengatakan Samuel mengunjunginya dan mengatakan sesuatu yang di luar dugaannya, khususnya dengan sikap Samuel sebelumnya. Samuel akhirnya mengizinkan Alec menjadi bagian dari keluarga mereka. Dan sebuah ucapan terima kasih patut Samuel dapatkan, karena ia tahu, sangatlah berat Samuel menerima Alec untuk menjadi Adeline.

Dean mendapati Samuel tenggelam dalam buku tebalnya di meja belajarnya yang menghadap jendela dan membelakangi pintu. Entah apa yang ia baca, tapi cukup membuatnya tidak menyadari kedatangannya meski ia sudah mengetuk pintunya yang sudah terbuka.

Tanpa berucap Dean mendekati adiknya dan dengan tenangnya dia duduk di tepian jendela yang besar itu

   “Dean!!” Samuel menarik nafas kaget dengan sosok tinggi yang tiba-tiba muncul di hadapannya dan duduk di jendela. “Kau mengagetkan saja!”
Dean tersenyum, “Kau yang terlalu asyik membaca, aku ketuk kau tidak dengar.”
Samuel membalas tersenyum, dan kembali pada bukunya.
Dean menarik nafas,  “Alec sudah resmi menjadi bagian keluarga kita, dia adik kita sekarang, adikmu.”
Samuel menahan nafas mendengarnya. Tidak bisa ditutupi perasaan kaget dan kecewa plus lega bercampur menjadi satu. Samuel harus menarik nafas dalam-dalam untuk mengendalikan emosinya, kemudian ia mengangguk tanpa ekspresi dan tetap pada bukunya.
Dean mengamati perubahan mimik wajah Samuel. Memang masih terlihat berat, dan berusaha ia tutupi, tapi Dean menghargainya.
Dean menghela nafas, “Terima kasih, Samuel, kau memang sudah besar, aku bangga padamu, Sam.”
Samuel tercenung dengan kalimat yang ia dengar. Ia sedikit mendongak untuk melihat kakak tersayangnya, dan masih ada senyuman hangat untuknya di sana.
Dean masih tersenyum, dan mengangguk. Ia melenggang keluar dengan tenang dengan kalimat,
     “Kutunggu kau di Istal belakang, kita balapan ke hutan.”
Samuel langsung mendongak ke arah pintu, dan tersenyum dengan undangan Dean. Tanpa pikir dua kali dia langsung mehempaskan bukunya dan mengejar kakaknya keluar .

*

            Bapa Simon menemani Alec untuk yang terakhir kalinya, sebelum ia meninggalkannya mungkin untuk selamanya. Alec akan memiliki kehidupan baru bersama keluarga ini. Bapa Simon mereka lega Alec mendapatkan keluarga yang baik. Mungkin bukan karena mereka keluarga kaya, tapi karena mereka adalah keluarga yang baik. Alec akan baik-baik saja bersama keluaga ini, meski ia tahu Alec merasa belum yakin sepenuhnya.

    “Tapi tidak apa-apa, kan, kalau aku hidup sebagai perempuan, Bapa? Aku tidak melawan Tuhan, kan?”
Bapa Simon harus tersenyum, kagum dengan anak ini.
   “Ya, saya tahu, Alec, tapi selama itu untuk menolong orang dan untuk kebaikan, tidak akan ada salahnya. Saya yakin Tuhan tidak akan keberatan selama kau selalu ingat siapa dirimu yang sebenarnya.
    “Jangan takut, Nak, kau akan baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku akan bahagia di sini, bersama keluarga yang menyayangimu.”
Alec menggigit bibirnya.
    “Jadi Bapa tidak akan datang menengokku lagi?”
    “Mungkin sesekali, atau jika kau memintaku,” dengan tersenyum.
    “Aku akan merindukanmu, Bapa, dan juga Suster Anne.”
    “Dia juga merindukanmu, Alec.”
    “Apa aku akan bertemu suster Anne lagi? Suster Anne dn Suster There? Aku bahkan beluk berpamitan dengan mereka.”
    “Kau ingin mereka datang?”
    “Bemang bisa?”
    “Tentu saja bisa.”
Alec tersenyum bahagia.
Bapa Simon harus menarik nafa dan tersenyum, “Nah, sepertinya sudah saatnya Bapa pulang, Nak.”
Wajah Alec langsung berubah sedih. Tapi ia tahu, ini akan terjadi.
    “Jangan takut, kau akan baik-baik saja di sini. Jadilah anak yang manis dan baik, ya.”
Alec mengangguk lirih.
“Berjanjilah kau akan menjadi anak yang baik dan kau tidak akan mempermalukan keluarga ini dan St Peter.”
    “Aku janji, Bapa,” dengan mengangguk pasti.
Bapa Simon tersenyum dengan lega dan mengusap rambut Alec penuh sayang. Sebenarnya berat untuk melepaskan Alec. Alec sangat berbeda, meski bukan membedakannya dengan saudara kembarnya, tapi memang Alec berbeda, dan ia ingin Alec mendapatkan keluarga yang baik.
Bapa Simon memberkati Alec dengan penuh doa.
    “Selamat tinggal, Nak, Tuhan memberkatimu, dan akan selalu melindungin di setiap langkah dan kehidupanmu.”
    “Terima kasih, Bapa.”
Bapa Simon mengangguk, dan mengecup kening Alec untuk yang terakhir kalinya.

Alec melepas kepergian Bapa Simon dengan menitikkan air mata, dan melihatnya menghilang di balik pintu, dan meninggalkan Alec sendirian di kamar  yang besar ini bersama keluarga barunya ini. Dia harus siap dengan kehidupan barunya ini.
***

TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar